a. Model-Model Hubungan Interpersonal
Model Pertukaran
sosial( social exchange model):
Dimana
didefinisikan secara singkat bahwa hubungan interpersonal diidentifikasikan
dengan transaksi dagang. Untuk memperoleh sesuatu ada harga yang arus dibayar
(cost-reward).
Model Peranan (role
model):
Dalam
model ini, hubungan interpersonal digambarkan sebagai panggung sandiwara.
Individu akan dipandan baik bila dapat memainkan perana sesuai ekspektasi lawan
hubungan. Bila individu tersebut bertindak jauh dari ekspektasi, maka hubungan
interpersonal cenderung akan menjadi lebih renggang.
Model Permainan (
games people play model):
Untuk
menjelaskan model ini digunakan analisis transaksional dimana manusia
diklasifikasikan dalam tiga karakter, yaitu kepribadian anak-anak, dewasa, dan
orang tua.
b. Memulai
Hubungan
Pembentukan Kesan dan Ketertarikan
Interpersonal Dalam Memulai Hubungan:
Ellen Berscheid (Berscheid, 1985;
Berscheid & Peplau 1983; Berscheid & Reis, 1998) menyatakan bahwa apa
yang membuat orang-orang dari berbagai usia merasa bahagia, dari daftar jawaban
yang ada, yang tertinggi atau mendekati tertinggi adalah membangun dan
mengelola persahabatan dan memiliki hubungan yang positif serta hangat.
Tiadanya hubungan yang bermakna dengan orang-orang lain membuat individu merasa
kesepian, kurang berharga, putus asa, tak berdaya, dan keterasingan. Ahli
Psikologi Sosial, Arthur Aron menyatakan bahwa motivasi utama manusia adalah
’ekspresi diri’ (self expression).
Penyebab ketertarikan, dimulai dari
awal rasa suka hingga cinta berkembang dalam hubungan yang erat meliputi :
1. Aspek kedekatan
2. Kesamaan
3. Kesukaan timbal balik
4. Ktertarikan fisik dan kesukaan
Hubungan Peran
Model Peran
terdapat empat asumsi yang mendasari
pembelajaran bermain peran untuk mengembangkan perilaku dan nilai-nilai social,
yang kedudukannya sejajar dengan model-model mengajar lainnya. Keempat asumsi
tersebut sebagai berikut:
·
Secara implicit bermain peran mendukung sustau situasi belajar berdasarkan
pengalaman dengan menitikberatkan isi pelajaran pada situasi ‘’di sini pada
saat ini’’. Model ini percaya bahwa sekelompok peserta didik dimungkinkan untuk
menciptakan analogy mengenai situasi kehidupan nyata. Tewrhadap analogy yang
diwujudkan dalam bermain peran, para peserta didik dapat menampilkan respons
emosional sambil belajar dari respons orang lain.
·
Kedua, bermain peran memungkinkan para peserta didik untuk mengungkapkan
perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain.
Mengungkapkan perasaan untuk mengurangi beban emosional merupakan tujuan utama
dari psikodrama (jenis bermain peran yang lebih menekankan pada penyembuhan).
Namun demikian, terdapat perbedaan penekanan antara bermain peran dalam konteks
pembelajaran dengan psikodrama. Bermain peran dalam konteks pembelajaran
memandang bahwa diskusi setelah pemeranan dan pemeranan itu sendiri merupakan
kegiatan utama dan integral dari pembelajaran; sedangkan dalam psikodrama,
pemeranan dan keterlibatan emosional pengamat itulah yang paling utama.
Perbedaan lainnya, dalam psikodrama bobot emosional lebih ditonjolkan daripada
bobot intelektual, sedangkan pada bermain peran peran keduanya memegang peranan
yang sangat penting dalam pembelajaran.
·
Model bermain peran berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf
sadar untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. Pemecahan tidak
selalu datang dari orang tertentu, tetapi bisa saja muncul dari reaksi pengamat
terhadap masalah yang sedang diperankan. Denagn demikian, para peserta didik
dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang
pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal.
Dengan demikian, para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain
tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk
mengembangkan dirinya secara optimal. Oleh sebab itu, model mengajar ini
berusaha mengurangi peran guru yang teralu mendominasi pembelajaran dalam
pendekatan tradisional. Model bermain peran mendorong peserta didik untuk turut
aktif dalam pemecahan masalah sambil menyimak secara seksama bagaimana orang
lain berbicara mengenai masalah yang sedang dihadapi.
·
Model bermain peran berasumsi bahwa proses psikologis yang tersembunyi, berupa
sikap, nilai, perasaan dan system keyakinan, dapat diangkat ke taraf sadar
melalui kombinasi pemeranan secara spontan. Dengan demikian, para pserta didik
dapat menguji sikap dan nilainya yang sesuai dengan orang lain, apakah sikap
dan nilai yang dimilikinya perlu dipertahankan atau diubah. Tanpa bantuan orang
lain, para peserta didik sulit untuk menilai sikap dan nilai yang dimilikinya.
Terdapat tiga hal yang menentukan
kualitas dan keefektifan bermain peran sebagai model pembelajaran, yakni (1)
kualitas pemeranan, (2) analisis dalam diskusi, (3) pandangan peserta didik
terhadap peran yang ditampilkan dibandingkan dengan situasi kehidupan nyata.
Konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere
yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu
proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah
satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya.
Tidak satu masyarakat pun yang tidak
pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat
lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu
sendiri.
Konflik
dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu
interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri
fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya.
Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik
merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat
pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok
masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya
masyarakat itu sendiri.
Konflik
bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah
siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi.
sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
Adequacy peran dan Autentisitas
dalam Hubungan Peran
Kecukupan
perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang
diberikan baik secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada
preskripsi ( ketentuan ) dan harapan peran yang menerangkan apa yang
individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat
memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut
peran-peran tersebut.
c. Intimasi dan Hubungan Pribadi
Sebagai konsekuensi adanya daya
tarik menyebabkan interaksi sosial antar individu menjadi spesifik atau
terjalin hubungan intim. Orang-orang tertentu menjadi istimewa buat kita,
sedangkan orang lain tidak. Orang-orang tertentu menjadi sangat dekat dengan
kita, dibandingkan orang lain. Adapun bentik intim terdiri dari persaudaraan, persahabatan,
dan percintaan. Lebi h jauh mengenai bentuk-bentuk hubungan intim tersebut
daoat dijelaskan pada bagian berikut :
1. Persaudaraan
Hubungan intik ini didasarkan pada
hubungan darah. Hunungan intim interpersonal dalam persaudaraan terdapat hubungan
inti ssperti dalam keluarga kecil. Pada persaudaraan itu didlamnya terkandung
proximitas dan keakraban.
2. Persahabatan
Persahabatan biasanya terjadi pada
dua individu yang didasarkan pada banyak persamaan. Utamanya persamaan usia.
Hubungan dalam persahabatan tidak hanya sekedar teman, lebih dari itu diantara
mereka terjalin interaksi yang sangat tinggi sehingga mempunyai kedekatan
psikologis. Indikasi atau tanda-tanda bila dalam hubungan interpersonal terjadi
persahabatan yaitu : sering bertemu, merasa bebas membuka diri, bebasmenyatakan
emosi, dan saling tergantung diantara mereka.
3. Percintaan
Persabatan antar priab dan wanita
bisa berubah mejadi cinta, jika dua individu itu merasa sebagai pasangan yang
potensial seksual. Dalam suatu persahabatan, dapat melahirkan satu proses yang
namanya jatuh cinta. Hal ini terjadi karena ada dua perbedaan mendasar antara
persahabatan dan cinta.
d. Intimasi dan Pertumbuhan
Apapun alasan untuk berpacaran,
untuk bertumbuh dalam keintiman, yang terutama adalah cinta. Keintiman tidak
akan bertumbuh jika tidak ada cinta . Keintiman berarti proses menyatakan siapa
kita sesungguhnya kepada orang lain. Keintiman adalah kebebasan menjadi diri
sendiri. Keintiman berarti proses membuka topeng kita kepada pasangan kita.
Bagaikan menguliti lapisan demi lapisan bawang, kita pun menunjukkan lapisan
demi lapisan kehidupan kita secara utuh kepada pasangan kita.
Keinginan setiap pasangan adalah
menjadi intim. Kita ingin diterima, dihargai, dihormati, dianggap berharga oleh
pasangan kita. Kita menginginkan hubungan kita menjadi tempat ternyaman bagi
kita ketika kita berbeban. Tempat dimana belas kasihan dan dukungan ada
didalamnya. Namun, respon alami kita adalah penolakan untuk bisa terbuka
terhadap pasangan kita. Hal ini dapat disebabkan karena :
(1) kita tidak mengenal dan tidak
menerima siapa diri kita secara utuh.
(2) kita tidak menyadari bahwa
hubungan pacaran adalah persiapan memasuki pernikahan.
(3) kita tidak percaya pasangan kita
sebagai orang yang dapat dipercaya untuk memegang rahasia.
(4) kita dibentuk menjadi orang yang
berkepribadian tertutup.
(5) kita memulai pacaran bukan
dengan cinta yang tulus .
Dalam hal inilah keutamaan cinta
dibutuhkan.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar