a. Bagaimana Memilih Pasangan
dua tahun saja, akan tetapi diniatkan untuk selama-lamanya sampai akhir hayat
kita.
Muslim atau Muslimah dalam memilih calon istri atau suami tidaklah mudah tetapi membutuhkan waktu. Karena kriteria memilih harus sesuai dengan syariat Islam. Orang yang hendak menikah, hendaklah memilih pendamping hidupnya dengan cermat, hal ini dikarenakan apabila seorang Muslim atau Muslimah sudah menjatuhkan pilihan kepada pasangannya yang berarti akan menjadi bagian dalam hidupnya. Wanita yang akan menjadi istri atau ratu dalam rumah tangga dan menjadi ibu atau pendidik bagi anak-anaknya demikian pula pria menjadi suami atau pemimpin rumah tangganya dan bertanggung jawab dalam menghidupi (memberi nafkah) bagi anak istrinya. Maka dari itu, janganlah sampai menyesal terhadap pasangan hidup pilihan kita setelah berumah tangga kelak.
Muslim atau Muslimah dalam memilih calon istri atau suami tidaklah mudah tetapi membutuhkan waktu. Karena kriteria memilih harus sesuai dengan syariat Islam. Orang yang hendak menikah, hendaklah memilih pendamping hidupnya dengan cermat, hal ini dikarenakan apabila seorang Muslim atau Muslimah sudah menjatuhkan pilihan kepada pasangannya yang berarti akan menjadi bagian dalam hidupnya. Wanita yang akan menjadi istri atau ratu dalam rumah tangga dan menjadi ibu atau pendidik bagi anak-anaknya demikian pula pria menjadi suami atau pemimpin rumah tangganya dan bertanggung jawab dalam menghidupi (memberi nafkah) bagi anak istrinya. Maka dari itu, janganlah sampai menyesal terhadap pasangan hidup pilihan kita setelah berumah tangga kelak.
b. Seluk Beluk Hubungan Dalm Perkawinan
Inilah puncak dari segalanya, setelah
melewati masa pacaran dengan baik. Dengan saling mengikarkan janji suci
untuk sehidup semati baik dalam sehat maupun dalam sakit, dalam keadaan kaya
atau miskin dan hanya maut yang bisa memisahkan mereka. Sehingga ikrar suci
pernikahan itu, mereka bukan lagi dua tetapi telah menjadi satu. Tahap
ini memulainya sebuah babak baru, relasi yang ditandai dengan munculnya
komitmen tanpa syarat untuk saling mencintai dan memiliki.
Kalau tahap perkenalan merupakan
sebuah pintu gerbang menuju ke tingkat pacaran, maka tahap pernikahan merupakan
puncak dari tingkat hubungan paling akrab dan mulia yang dilakukan.
c. Penyesuain dan Pertumbuhan Dalam Perkawinan
Dwan
J.Lipthrott,LCSW mengatakan bahwa ada 5 tahap perkembangan dalam kehidupan
perkawinan.Bisa jadi antara pasangan suami istri yang satu dengan yang
lain,memiliki waktu berbeda saat menghadapi melalui tahapannya.
Tahap
1: Romantic love.Saat ini adalah saat anda dan pasangan merasakan gelora cinta
yang menggebu-gebu.
Tahap
2: Dissapointment of Distress.Di tahap ini pasangan suami istri kerap saling
menyalahkan,memiliki rasa marah dan kecewa pda pasangan,berusaha menang atau lebih
benar dari pasangannya.
Tahap
3: Knowledge and awareness.Bahwa pasangan suami istri yang sampai pada tahap
ini akan lebih memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya
Tahap
4:Transformation.Suami istri di tahap ini akan mencoba tingkah laku yang berkenan
dihati pasangannya.
Tahap
5: Real love.Anda akan kembali dipenuhi dengan keceriaan, kemesraan, keintiman,
kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan.
d.
Perceraian Dan Pernikahan
Kembali
Kelanggengan
hubungan dalam pernikahan adalah keinginan setiap pasangan. Namun bagaimanakah
jika pernikahan itu tidak langgeng dan justru akan mengakibatkan
perceraian?…Baiklah, dalam hal ini bisa dikatakan perceraian itu tidak hanya
terjadi begitu saja. Setiap akibat pasti ada penyebabnya, tak mungkin ada asap
tanpa api. Itulah sedikit ungkapan peribahasa sebagai perumpamaannya. Berbicara
tentang perceraian bisa dikaitkan dengan daya tarik spontan. Jika Anda tertarik
kepada seseorang hanya karena kelembutannya, ketulusannya, karena simpatinya
terhadap Anda, atau karena menjaga perasaan maka hubungan itu tidak bisa
bertahan lama. Hubungan semacam itu tidak bisa langgeng, sebentar saja pasti
akan hancur. Bahkan seandainya pernikahan semacam itu sukses, maka pasangan
Anda tidak bisa membaur dengan persepsi-persepsi Anda yang paling dalam ketika
Anda berdua saling melihat pasangan sebagai manusia yang sebenarnya.
Kelanggengan terlihat dari bagaimana seseorang memperhatikan sikap dan
ketulusan pasangannya. Selain itu juga harus memperhatikan kesetiaannya
terhadap nilai-nilai bersama. Dan harus selalu sadar bahwa rasa tertarik, harus
berasal dari kedua belah pihak, bukan dari satu pihak saja.
Penyebab
perceraian kebanyakan terjadi karena didalamnya terselip berbagai persoalan
rumah tangga yang tidak menemukan akhir penyelesaiannya. Dibutuhkan kekompakkan
antara keduanya dalam menghadapi berbagai persoalan itu. Pengertian…itulah hal
yang seharusnya bisa mereka tanamkan, karena jika minimnya sikap saling
perngertian keegoisan memuncak. Jika keegoisan diiringi dengan kemarahan yang
membara, perlu juga kesabaran. Tidak diperkenankan keduanya saling mengadu
amarahnya. Justru jika misalnya istri lebih sensitif dengan menunjukkan
kemarahannya, maka suami harus lebih mampu meredam amarahnya. Sehingga konflik
yang sedang terjadi tidak semakin besar. Tidak menutup kemungkinan juga,
konflik yang pada akhirnya menimbulkan perceraian itu bisa terjadi karena
adanya pihak ketiga yang dengan sengaja menyebarkan kesalahpahaman diantara
pasangan tersebut.
Memilih
sisi positif berarti memilih cara paling efektif dan efisien daladm hidup.
Seharusnya pada kedalaman diri kita, terdapat keseimbangan dua rasa yang saling
berlawanan ketika hubungan yang mesra itu berada dalam ujian. Pertama-tama
memang sekelompok perasaan tertentu yang mendominasi. Tetapi sekelompk rasa
yang lainnya tidak lagnsung mundur diri. Ia tetap ada walau terpaksa mundur dan
sembunyi di pojok gelap untuk menuggu kesempatan. Suami-istri menjalankan tugas
dan peran masing-masing dengan cepat. Keduanya akan merasa lemah ketika tidak
bisa mencari jalan keluar dari sisi-sisi negatif. Mereka merasa bahwa jiwanya
adalah karikatur kepribadiannya dalam kehidupan rumah tangga. Jika semua orang
memikirkan apa saja yang menyenangkan pasangannya lalu meninggalkan apa yang tidak
mereka senangi, tentu saja hubungan keluarga tidak akan hancur. Namun, berbeda
jika pasangan telah menemukan jalan keluar dari perosalan yang mereka hadapi.
Mereka akan cenderung introspeksi diri dengan perbuatan dan
kesalahan-kesalahannya sehingga menyadarkan dirinya bahwa masalah itu tidak
sepenuhnya selesai dengan kemarahan dan kesalahan satu pihak saja. Yang pada
akhirnya pasangan yang telah bercerai tersebut bisa memulai hidup yang baru
dengan menikah kembali dengan pasangannya.
e. Single Life
Persepsi
masyarakat terhadap orang yang melajang, seiring dengan perkembangan jaman,
juga berubah. Seringkali kita melihat seorang yang masih hidup melajang,
mempunyai wajah dan penampilan di atas rata-rata dan supel. Baik pelajang pria
maupun wanita, mereka pun pandai bergaul, memiliki posisi pekerjaan yang cukup
menjanjikan, tingkat pendidikan yang baik.
Alasan
yang paling sering dikemukakan oleh seorang single adalah tidak ingin
kebebasannya dikekang. Apalagi jika mereka telah sekian lama menikmati
kebebasan bagaikan burung yang terbang bebas di angkasa. Jika hendak pergi,
tidak perlu meminta ijin dan menganggap pernikahan akan membelenggu kebebasan.
Belum lagi jika mendapatkan pasangan yang sangat posesif dan cemburu.
Banyak
perusahaan lebih memilih karyawan yang masih berstatus lajang untuk mengisi
posisi tertentu. Pertimbangannya, para pelajang lebih dapat berkonsentrasi
terhadap pekerjaan. Hal ini juga menjadi alasan seorang tetap hidup melajang.
Banyak pria menempatkan pernikahan pada prioritas kesekian, sedangkan karir
lebih mendapat prioritas utama. Dengan hidup melayang, mereka bisa lebih
konsentrasi dan fokus pada pekerjaan, sehingga promosi dan kenaikan jabatan
lebih mudah diperoleh. Biasanya, pelajang lebih bersedia untuk bekerja lembur
dan tugas ke luar kota dalam jangka waktu yang lama, dibandingkan karyawan yang
telah menikah.
Kemapanan
dan kondisi ekonomi pun menjadi alasan tetap melajang. Pria sering kali merasa
kurang percaya diri jika belum memiliki kendaraan atau rumah pribadi.
Sementara,
perempuan lajang merasa senang jika sebelum menikah bisa hidup mandiri dan
memiliki karir bagus. Mereka bangga memiliki sesuatu yang dihasilkan dari hasil
keringat sendiri. Selain itu, ada kepuasaan tersendiri. Banyak yang mengatakan
seorang masih melajang karena terlalu banyak memilih atau ingin mendapat
pasangan yang sempurna sehingga sulit mendapatkan jodoh. Pernikahan adalah
untuk seumur hidup. Rasanya tidak mungkin menghabiskan masa hidup kita dengan seorang
yang tidak kita cintai. Lebih baik terlambat menikah daripada menikah akhirnya
berakhir dengan perceraian.
Lajang
pun lebih mempunyai waktu untuk dirinya sendiri, berpenampilan lebih baik, dan
dapat melakukan kegiatan hobi tanpa ada keberatan dari pasangan. Mereka bebas
untuk melakukan acara berwisata ke tempat yang disukai dengan sesama pelajang.
Pelajang biasanya terlihat lebih muda dari usia sebenarnya jika dibandingkan
dengan teman-teman yang berusia sama dengannya, tetapi telah menikah.
Ketika
diundang ke pernikahan kerabat, pelajang biasanya menghindarinya. Kalaupun
datang, mereka berusaha untuk berkumpul dengan para sepupu yang masih melajang
dan sesama pelajang. Hal ini untuk menghindari pertanyaan singkat dan sederhana
dari kerabat yang seusia dengan orangtua mereka. Kapan menikah? Kapan menyusul?
Sudah ada calon? Pertanyaan tersebut, sekalipun sederhana, tetapi sulit untuk
dijawab oleh pelajang.
Seringkali,
pelajang juga menjadi sasaran keluarga untuk dicarikan jodoh, terutama bila
saudara sepupu yang seumuran telah menikah atau adik sudah mempunyai pacar.
Sementara orangtua menginginkan agar adik tidak melangkahi kakak, agar kakak
tidak berat jodoh.
Tidak
dapat dipungkuri, sebenarnya lajang juga mempunyai keinginan untuk menikah,
memiliki pasangan untuk berbagi dalam suka dan duka. Apalagi melihat teman yang
seumuran yang telah memiliki sepasang anak yang lucu dan menggemaskan. Bisa
jadi, mereka belum menemukan pasangan atau jodoh yang cocok di hati. Itulah
alasan mereka untuk tetap menjalani hidup sebagai lajang.
Melajang
adalah sebuah sebuah pilihan dan bukan terpaksa, selama pelajang menikmati
hidupnya. Pelajang akan mengakhiri masa lajangnya dengan senang hati jika telah
menemukan seorang yang telah cocok di hati. Kehidupan melajang bukanlah sebuah
hal yang perlu ditakuti. Bukan pula sebuah pemberontakan terhadap sebuah ikatan
pernikahan. Hanya, mereka belum ketemu jodoh yang cocok untuk berbagi dalam
suka dan duka serta menghabiskan waktu bersama di hari tua.
Arus
modernisasi dan gender membuat para perempuan Indonesia dapat menempati posisi
yang setara bahkan melebihi pria. Bahkan sekarang banyak perempuan yang
mempunyai penghasilan lebih besar dari pria. Ditambah dengan konsep pilihan
melajang, terutama kota-kota besar, mendorong perempuan Indonesia untuk hidup
sendiri.
Sumber: