STRESS
Pengertian :
Stres
dalam arti secara umum adalah perasaan tertekan, cemas dan tegang. Dalam bahasa
sehari – hari stres di kenal sebagai stimulus atau respon yang menuntut
individu untuk melakukan penyesuaian. Stres juga adalah suatu keadaan tertekan,
baik secara fisik maupun psikologis ( Chapplin, 1999). Stres juga diterangkan
sebagai suatu istilah yang digunakan dalam ilmu perilaku dan ilmu alam untuk
mengindikasikan situasi atau kondisi fisik, biologis dan psikologis organisme
yang memberikan tekanan kepada organisme itu sehingga ia berada diatas ambang
batas kekuatan adaptifnya.
Rice
(2002) mengatakan bahwa stres adalah suatu kejadian atau stimulus lingkungan
yang menyebabkan individu merasa tegang. Atkinson (2000) mengemukakan bahwa
stres mengacu pada peristiwa yang dirasakan membahayakan kesejahteraan fisik
dan psikologis seseorang. Situasi ini disebut sebagai penyebab stres dan reaksi
individu terhadap situasi stres ini sebagai respon stres. Berdasarkan berbagai
penjelasandiatas dapat disimpulkan bahwa stres merupakan suatu keadaan yang
menekan diri individu. Stres merupakan mekanisme yang kompleks dan menghasilkan
respon yang saling terkait baik fisiologis,psikologis, maupun perilaku pada
individu yang mengalaminya, dimana mekanisme tersebut bersifat individual yang
sifatnya berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain.
Stres
menurut Hans Selye dalam buku Hawari (2001) menyatakan bahwa stres adalah
respon tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya.
Bila seseorang setelah mengalami stres mengalami gangguan pada satu atau lebih
organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi
pekerjaannya dengan baik, maka ia disebut mengalami distres. Pada gejala stres,
gejala yang dikeluhkan penderita didominasi oleh keluhan-keluhan somatik
(fisik), tetapi dapat pula disertai keluhan-keluhan psikis. Tidak semua bentuk
stres mempunyaikonotasi negatif, cukup banyak yang bersifat positif, hal
tersebut dikatakan eustres.
Faktor-faktor stress yaitu ;
a. Faktor sosial.
Faktor-faktor stress yaitu ;
a. Faktor sosial.
Selain
peristiwa penting, ternyata tugas rutin sehari-hari juga berpengaruh terhadap
kesehatan jiwa, seperti kecemasan dan depresi. Dukungan sosial turut
mempengaruhi reaksi seseorang dalam menghadapi stres.
Dukungan sosial mencakup:
Dukungan emosional, seperti rasa dikasihi;
Dukungan nyata, seperti bantuan atau jasa; dan
Dukungan informasi, misalnya nasehat dan keterangan mengenai masalah tertentu.
b. Faktor Individual
Tatkala seseorang menjumpai stresor dalam lingkungannya, ada dua karakteristik pada stresor tersebut yang akan mempengaruhi reaksinya terhadap stresor itu yaitu: Berapa lamanya (duration) ia harus menghadapi stresor itu dan berapa terduganya stresor itu (predictability).
Dukungan sosial mencakup:
Dukungan emosional, seperti rasa dikasihi;
Dukungan nyata, seperti bantuan atau jasa; dan
Dukungan informasi, misalnya nasehat dan keterangan mengenai masalah tertentu.
b. Faktor Individual
Tatkala seseorang menjumpai stresor dalam lingkungannya, ada dua karakteristik pada stresor tersebut yang akan mempengaruhi reaksinya terhadap stresor itu yaitu: Berapa lamanya (duration) ia harus menghadapi stresor itu dan berapa terduganya stresor itu (predictability).
Tipe- tipe stress:
a.
Tekanan
Kita dapat mengalami tekanan dari dalam maupun luar diri, atau keduanya. Ambisi personal bersumber dari dalam, tetapi kadang dikuatkan oleh harapan-harapan dari pihak di luar diri.
Tekanan dalam beberapa kasus tertentu dapat menghabiskan sumber-sumber daya yang dimiliki dalam proses pencapaian sasarannya, bahkan bila berlebihan dapat mengarah pada perilaku maladaptive. Tekanan dapat berasal dari sumber internal atau eksternal atau kombinasi dari keduanya.Tekanan internal misalnya adalah sistem nilai, self esteem, konsep diri dan komitmen personal. Tekanan eksternal misalnya berupa tekanan waktu atau peranyang harus dijalani seseorang, atau juga dpat berupa kompetisi dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat antara lain dalam pekerjaan, sekolah dan mendapatkan pasangan hidup.
Kita dapat mengalami tekanan dari dalam maupun luar diri, atau keduanya. Ambisi personal bersumber dari dalam, tetapi kadang dikuatkan oleh harapan-harapan dari pihak di luar diri.
Tekanan dalam beberapa kasus tertentu dapat menghabiskan sumber-sumber daya yang dimiliki dalam proses pencapaian sasarannya, bahkan bila berlebihan dapat mengarah pada perilaku maladaptive. Tekanan dapat berasal dari sumber internal atau eksternal atau kombinasi dari keduanya.Tekanan internal misalnya adalah sistem nilai, self esteem, konsep diri dan komitmen personal. Tekanan eksternal misalnya berupa tekanan waktu atau peranyang harus dijalani seseorang, atau juga dpat berupa kompetisi dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat antara lain dalam pekerjaan, sekolah dan mendapatkan pasangan hidup.
b.
Konflik.
Konflik terjadi ketika kita berada di bawah tekanan untuk berespon simultan terhadap dua atau lebih kekuatan-kekuatan yang berlawanan.
- Konflik menjauh-menjauh: individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama tidak disukai. Misalnya seorang pelajar yang sangat malas belajar, tetapi juga enggan mendapat nilai buruk, apalagi sampai tidak naik kelas.
- Konflik mendekat-mendekat. Individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama diinginkannya. Misalnya, ada suatu acara seminar sangat menarik untuk diikuti, tetapi pada saat sama juga ada film sangat menarik untuk ditonton.
- Konflik mendekat-menjauh. Terjadi ketika individu terjerat dalam situasi di mana ia tertarik sekaligus ingin menghindar dari situasi tertentu. Ini adalah bentuk konflik yang paling sering dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus lebih sulit diselesaikan. Misalnya ketika pasangan berpikir tentang apakah akan segera memiliki anak atau tidak. Memiliki anak sangat diinginkan karena pasangan dapat belajar menjadi orang dewasa yang sungguh-sungguh bertanggungjawab atas makhluk kecil yang sepenuhnya tak berdaya. Di sisi lain, ada tuntutan finansial, waktu, kemungkinan kehadiran anak akan mengganggu relasi suami-istri, dan lain sebagainya.
Konflik terjadi ketika kita berada di bawah tekanan untuk berespon simultan terhadap dua atau lebih kekuatan-kekuatan yang berlawanan.
- Konflik menjauh-menjauh: individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama tidak disukai. Misalnya seorang pelajar yang sangat malas belajar, tetapi juga enggan mendapat nilai buruk, apalagi sampai tidak naik kelas.
- Konflik mendekat-mendekat. Individu terjerat pada dua pilihan yang sama-sama diinginkannya. Misalnya, ada suatu acara seminar sangat menarik untuk diikuti, tetapi pada saat sama juga ada film sangat menarik untuk ditonton.
- Konflik mendekat-menjauh. Terjadi ketika individu terjerat dalam situasi di mana ia tertarik sekaligus ingin menghindar dari situasi tertentu. Ini adalah bentuk konflik yang paling sering dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus lebih sulit diselesaikan. Misalnya ketika pasangan berpikir tentang apakah akan segera memiliki anak atau tidak. Memiliki anak sangat diinginkan karena pasangan dapat belajar menjadi orang dewasa yang sungguh-sungguh bertanggungjawab atas makhluk kecil yang sepenuhnya tak berdaya. Di sisi lain, ada tuntutan finansial, waktu, kemungkinan kehadiran anak akan mengganggu relasi suami-istri, dan lain sebagainya.
c.
Frustrasi.
Frustrasi terjadi ketika motif atau tujuan kita mengalami hambatan dalam pencapaiannya.
- Bila kita telah berjuang keras dan gagal, kita mengalami frustrasi.
- Bila kita dalam keadaan terdesak dan terburu-buru, kemudian terhambat untuk melakukan sesuatu (misal jalanan macet) kita juga dapat merasa frustrasi.
- Bila kita sangat memerlukan sesuatu (misalnya lapar dan butuh makanan), dan sesuatu itu tidak dapat diperoleh, kita juga mengalami frustrasi.
Frustrasi terjadi ketika motif atau tujuan kita mengalami hambatan dalam pencapaiannya.
- Bila kita telah berjuang keras dan gagal, kita mengalami frustrasi.
- Bila kita dalam keadaan terdesak dan terburu-buru, kemudian terhambat untuk melakukan sesuatu (misal jalanan macet) kita juga dapat merasa frustrasi.
- Bila kita sangat memerlukan sesuatu (misalnya lapar dan butuh makanan), dan sesuatu itu tidak dapat diperoleh, kita juga mengalami frustrasi.
d. Kecemasan
Kecemasan adalah emosi yang tidak
menyenangkan yang ditandai dengan istilah-istilah seperti “Kekhawatiran”,
“Keprihatinan”, dan “Rasa Takut” yang kadang-kadang kita alami pada tingkatan
yang berbeda-beda (dalam, Pengantar Psikologi, Atkinson dkk.,1983).
Orang yang mengalami gangguan
kecemasan dilanda ketidakmampuan menghadapi perasaan cemas yang kronis dan
intens, perasaan tersebut sangat kuat sehingga mereka tidak mampu berfungsi
dalam kehidupan sehari-hari (dalam Psikologi Abnormal: Perspektif Klinisi
pada Gangguan Psikologis, Richard P.Halgin dan Susan Krauss, 2010).
Contohnya adalah seorang wanita yang berjalan sendirian pada malam hari di
tempat yang sepi, dengan cahaya yang remang-remang secara otomatis ia akan
merasa takut yang luar biasa bahkan mungkin tingkat kecemasannya menjadi
tinggi, karena ia berfikir (biasanya) di malam hari, di temapat yang sepi dapat
dijumpai hantu, penjahat dll. Karena fikirannya yang berhalusinasi maka ia akan
merasa sangat ketakutan.
Symptom
Reducing Responses Terhadap Stress
-Respon terhadap stress menyangkut Defense Mechanism (Pertahanan Diri)
-Respon terhadap stress menyangkut Defense Mechanism (Pertahanan Diri)
1.Represi merupakan DM
(Defence Mechanism) yang paling sering dilakukan. Pikiran melakukan blok
terhadap kenangan buruk, mengalihkannya pada hal-hal yang menyenangkan. Tanpa
represi seseorang yang putus cinta akan sakit hati berbulan-bulan. Seseorang
yang fungsi represinya terganggu seringkali membutuhkan obat untuk represi.
Istilah ini disebut dengan Supression (pemaksaan represi menggunakan media
bantu)
2. Projection,
yaitu mengarahkan emosi kepada orang lain. Seringkali saat kita merasa jengkel
atau marah ketika menjumpai orang lain yang sedang stress dalam pekerjaannya
yang tidak mengacuhkan kita, kemudian kita pun langsung memberikan tuduhan
bahwa orang itu marah terhadap kita karena saat diajak berbicara tidak
merespon.
3. Rasionalisasi,
yaitu melakukan alasan atau pembenaran terhadap kegagalan atau suatu hal yang
tidak dicapai untuk mencegah perasaan kecewa berkepanjangan. Seseorang yang
putus cinta dengan pasangan yang menurutnya sempurna seringkali menjalin
hubungan dengan orang yang secara kualitas jauh dibawah mantannya untuk menghindari
sakit hati. Atau contoh lain yang sering kita alami misalnya : ketika kita
melihat ada anak muda jadi pengusaha kaya, kita kerap menyimpulkan langsung
bahwa dia pasti anak pengusaha. Ketika ada pejabat kaya, tuduhan langsung
adalah pasti korupsi. Sebuah pembenaran bahwa tidak menjadi pengusaha muda atau
pejabat kaya adalah hanya karena bukan anak pengusaha atau tidak korupsi.
4. Displacement.
Pernahkah Anda melihat blog yang berisi tulisan-tulisan mengenai sumpah
serapah, blog berisi puisi cinta mati, atau perahkah Anda mendengar ada
seseorang yang pergi meninggalkan pekerjaan untuk berkelana keliling dunia? Itu
adalah sebuah Displacement, memindahkan energi amarah dan cemas ke dalam
aktivitas lain sebagai penyaluran.
Self Defence Mechanism adalah sebuah
disiplin dalam ilmu psikoanalisa yang dikembangkan oleh Sigmund Freud. Bukan
hanya psikolog, tapi Anda pun bisa mempelajari ini untuk memahami perilaku
orang-orang di sekitar anda dan mencoba berempati saat mereka terpaksa
melakukan ini. Ketika timbul suatu dorongan atau kebutuhan, manusia yang normal
akan cenderung untuk menghilangkan atau mengurangi tingkat ketegangan tersebut
dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan seperlunya. Dalam beberapa hal, karena
berbagai alasan kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi, akibatnya ia
harus belajar untuk mengganti objek yang diinginkannya tersebut agar ketegangan
tersebut dapat menurun atau hilang dalam dirinya (Defense Mechanism).
Pendekatan Problem Solving
problem
solving merupakan taraf yang harus dipecahkan dengan cara memahami sejumlah
pengetahuan dan ketrampilan kerja dan merupakan hasil yang dicapai individu
setelah individu yang bersangkutan mengalami suatu proses belajar problem solving yang
diajarkan suatu pengetahua tertentu.
Jadi, yang dimaksud dengan problem solving dalam penelitian ini adalah hasil suatu masalah yang melahirkan banyak jawaban yang dihasilkan dari penelitian yang menghasilkan kesimpulan secara realistik dalam problem solving model matematika. (Lawson, 1991:53)
Jadi, yang dimaksud dengan problem solving dalam penelitian ini adalah hasil suatu masalah yang melahirkan banyak jawaban yang dihasilkan dari penelitian yang menghasilkan kesimpulan secara realistik dalam problem solving model matematika. (Lawson, 1991:53)
Strategi coping yang spontan mengatasi stress
Menurut Lazanus, penanganan stress atau coping
terdiri dari dua bentuk, yaitu :
- Problem-Pocused Coping (coping yang berfokus pada masalah). Penanganan stress atau coping yang digunakan oleh individu yang mengahadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.
- Emotional-Pocused Coping (coping yang berfokus pada emosi). Penanganan stress dimana individu memberikan respon terhadap situasi stress dengan cara emosional, terutama dengan penilaian defensive.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar