a. Publikasi Online adalah suatu proses/ kegiatan yang disertai tindakan menawarkan, mengajak dan memberitahukan produk yang mereka tawarkan, dengan maksud produk yang mereka tawarkan dapat dikenal dengan cara memperkenalkannya melalui jejaring internet.
Tips agar publikasi online anda berhasil yaitu:
- Dukungan strategi promosi dan marketing perusahaan
- Web statistik dan analisis harus selalu dianalisa perkembangannya
- Maksimalkan online marketing
b. Etika dalam penelitian dengan bantuan Internet
Beberapa alasan mengenai pentingnya etika dalam dunia maya adalah sebagai berikut :
- Bahwa pengguna internet berasal dari berbagai negara yang mungkin memiliki budaya, bahasa dan adat istiadat yang berbeda-beda
- Pengguna internet merupakan orang-orang yang hidup dalam dunia yang tidak mengharuskan pernyataan identitas asli dalam berinteraksi
- Berbagai macam fasilitas yang diberikan dalam internet memungkinkan seseorang untuk bertindak etis seperti misalnya ada juga penghuni yang suka iseng dengan melakukan hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan
- Harus diperhatikan bahwa pengguna internet akan selalu bertambah setiap saat dan memungkinkan masuknya "penghuni" baru didunia maya tersebut
Sumber: widya-tri.blogspot.com
c. Jurnal Psikologi internet
Kecemasan Berkomputer Dan Karekteristik Tipe Kepribadian Mahasiswa Akutansi
Dalam dekade terakhir, sistem informasi berbasis komputer mengalami
perubahan yang signifikan hampir di semua bidang. Tingkat pertumbuhan komputer
dalam perusahaan terus bertambah tiap tahunnya. Hal ini dikarenakan peran teknologi
komputer yang memberikan banyak kemudahan dan keuntungan dalam dunia bisnis.
Memiliki keunggulan dalam bidang teknologi khususnya komputer dapat menjadi
nilai tambah bagi perusahaan yang ingin memenangkan persaingan di dunia usaha
yang sedemikian ketatnya. Kondisi tersebut secara langsung memberi dampak pada
pola kerja sistem informasi akuntansi.
perubahan yang signifikan hampir di semua bidang. Tingkat pertumbuhan komputer
dalam perusahaan terus bertambah tiap tahunnya. Hal ini dikarenakan peran teknologi
komputer yang memberikan banyak kemudahan dan keuntungan dalam dunia bisnis.
Memiliki keunggulan dalam bidang teknologi khususnya komputer dapat menjadi
nilai tambah bagi perusahaan yang ingin memenangkan persaingan di dunia usaha
yang sedemikian ketatnya. Kondisi tersebut secara langsung memberi dampak pada
pola kerja sistem informasi akuntansi.
ketika teknologi komputer telah menjadi elemen yang melengkapi dan
tidak terpisahkan dari proses pendidikan akuntansi, masih ada mahasiswa yang
bereaksi negatif mulai dari tanggapan yang pasif hingga penolakan yang sangat keras
terhadap penggunaan komputer. Mereka yang bereaksi negatif tersebut percaya
bahwa kelak di dunia kerja mereka dapat menemukan pekerjaan yang tidak
dipengaruhi oleh teknologi komputer.
Dalam menghadapi perkembangan baru teknologi informasi, seseorang dapat
menyikapi kehadiran komputer secara berbeda dan tak jarang disikapi dengan
penolakan. Penolakan ini mungkin disebabkan oleh ketidaktahuan sederhana tentang
komputer atau mungkin juga disebabkan oleh kegelisahan yang mendalam atau
ketakutan berlebih terhadap teknologi komputer (Jay, 1981 dalam Emmons, 2003)
yang sering disebut dengan "computerphobia". Adanya perubahan baru terkadang
menimbulkan tekanan (stress). Tekanan yang timbul dapat berupa anxiety
(kecemasan) namun ada pula yang menghadapinya sebagai tantangan. Kecemasan
didefinisikan sebagai perasaan yang kuat berupa ketakutan (fear) dan keprihatinan
yang tidak berhubungan dengan situasi khusus yang mengancam (Cherrington, 1994
dalam Wibowo dan Hardiningsih, 2003). Rosen dan Weil (1990), Maurer (1994), Emmons (2003), dan banyak peneliti lainnya telah menemukan adanya fenomena kecemasan berkomputer (computer
anxiety). Kecemasan berkomputer dapat diartikan sebagai penolakan terhadap perubahan. Penolakan dapat berupa gejala atau sesuatu yang lain seperti ketakutan akan sesuatu yang tidak diketahui, ketakutan akan kegagalan, atau ketidakinginan untuk mengubah keadaan sekarang. Hasil penelitian empiris menunjukkan bahwa kecemasan berkomputer memiliki dampak negatif terhadap penggunaan komputer
(Mahar et al., 1997). Karena kecemasan berkomputer memiliki dampak sejauh itu, maka diperlukan pengetahuan empiris yang valid mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi variabel-variabel ini.
tidak terpisahkan dari proses pendidikan akuntansi, masih ada mahasiswa yang
bereaksi negatif mulai dari tanggapan yang pasif hingga penolakan yang sangat keras
terhadap penggunaan komputer. Mereka yang bereaksi negatif tersebut percaya
bahwa kelak di dunia kerja mereka dapat menemukan pekerjaan yang tidak
dipengaruhi oleh teknologi komputer.
Dalam menghadapi perkembangan baru teknologi informasi, seseorang dapat
menyikapi kehadiran komputer secara berbeda dan tak jarang disikapi dengan
penolakan. Penolakan ini mungkin disebabkan oleh ketidaktahuan sederhana tentang
komputer atau mungkin juga disebabkan oleh kegelisahan yang mendalam atau
ketakutan berlebih terhadap teknologi komputer (Jay, 1981 dalam Emmons, 2003)
yang sering disebut dengan "computerphobia". Adanya perubahan baru terkadang
menimbulkan tekanan (stress). Tekanan yang timbul dapat berupa anxiety
(kecemasan) namun ada pula yang menghadapinya sebagai tantangan. Kecemasan
didefinisikan sebagai perasaan yang kuat berupa ketakutan (fear) dan keprihatinan
yang tidak berhubungan dengan situasi khusus yang mengancam (Cherrington, 1994
dalam Wibowo dan Hardiningsih, 2003). Rosen dan Weil (1990), Maurer (1994), Emmons (2003), dan banyak peneliti lainnya telah menemukan adanya fenomena kecemasan berkomputer (computer
anxiety). Kecemasan berkomputer dapat diartikan sebagai penolakan terhadap perubahan. Penolakan dapat berupa gejala atau sesuatu yang lain seperti ketakutan akan sesuatu yang tidak diketahui, ketakutan akan kegagalan, atau ketidakinginan untuk mengubah keadaan sekarang. Hasil penelitian empiris menunjukkan bahwa kecemasan berkomputer memiliki dampak negatif terhadap penggunaan komputer
(Mahar et al., 1997). Karena kecemasan berkomputer memiliki dampak sejauh itu, maka diperlukan pengetahuan empiris yang valid mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi variabel-variabel ini.
Penelitian yang berkaitan dengan computerphobia dapat diklasifikasikan
sebagai pengujian kecemasan berkomputer dan computer attitude (sikap terhadap
komputer). Sikap terhadap komputer, oleh Rifa dan Gudono (1999) diartikan sebagai
reaksi atau penilaian seseorang terhadap komputer berdasarkan kesenangan atau
ketidaksenangan terhadap komputer. Dalam hal ini terdapat sekelompok orang yang
senang (optimis) dengan perkembangan dunia komputer sedangkan di sisi lain
sekelompok orang merasa tidak senang (pesimis) dengan perkembangan tersebut.
Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penggunaan komputer biasanya
menguji sikap terhadap komputer dalam upaya untuk mempelajari bagaimana
manusia pada umumnya akan bereaksi terhadap teknologi komputer.
Seiring dengan berlanjutnya penelitian sikap terhadap komputer yang
berkaitan dengan penggunaan komputer, konsep computerphobia (yang kini juga
sering disebut technophobia atau cyberphobia) muncul sebagai bayangan yang terus
menyertai peningkatan keberadaan komputer dalam semua segmen masyarakat.
Computerphobia didefinisikan sebagai penolakan terhadap teknologi komputer
termasuk ketakutan dan kegelisahan (Jay, 1981 dalam Emmons, 2003). Penolakan ini
termasuk tidak menggunakan, tidak membicarakan dan tidak memikirkan tentang
komputer. Kecemasan berkomputer dapat didefinisikan pula sebagai kegelisahan
penggunaan komputer dan kegelisahan mengenai dampak negatif dari penggunaan
komputer terhadap masyarakat (Raub, 1981 dalam Emmons, 2003). Munculnya
fenomena ini membuat para peneliti mulai menguji mengenai kecemasan
berkomputer.
Salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk menilai kecemasan
berkomputer adalah Computer Anxiety Rating Scale (CARS) yang dikembangkan
oleh Larry D. Rosen dan Michelle Weil. CARS terdiri dari 20 pernyataan dan tiap
pernyataan dihitung menggunakan skala lima poin tentang seberapa cemas yang
dirasakan seseorang ”pada saat ini”. Skalanya mulai dari "1 tidak cemas" hingga "5
sangat cemas sekali"
Maka kesimpulan dari jurnal tersebut adalah penelitian ini menunjukkan bahwa fenomena kecemasan berkomputer terjadi di kalangan mahasiswa akuntansi konsisten dengan pernyataan Rosen dan Weilsebagai pengujian kecemasan berkomputer dan computer attitude (sikap terhadap
komputer). Sikap terhadap komputer, oleh Rifa dan Gudono (1999) diartikan sebagai
reaksi atau penilaian seseorang terhadap komputer berdasarkan kesenangan atau
ketidaksenangan terhadap komputer. Dalam hal ini terdapat sekelompok orang yang
senang (optimis) dengan perkembangan dunia komputer sedangkan di sisi lain
sekelompok orang merasa tidak senang (pesimis) dengan perkembangan tersebut.
Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penggunaan komputer biasanya
menguji sikap terhadap komputer dalam upaya untuk mempelajari bagaimana
manusia pada umumnya akan bereaksi terhadap teknologi komputer.
Seiring dengan berlanjutnya penelitian sikap terhadap komputer yang
berkaitan dengan penggunaan komputer, konsep computerphobia (yang kini juga
sering disebut technophobia atau cyberphobia) muncul sebagai bayangan yang terus
menyertai peningkatan keberadaan komputer dalam semua segmen masyarakat.
Computerphobia didefinisikan sebagai penolakan terhadap teknologi komputer
termasuk ketakutan dan kegelisahan (Jay, 1981 dalam Emmons, 2003). Penolakan ini
termasuk tidak menggunakan, tidak membicarakan dan tidak memikirkan tentang
komputer. Kecemasan berkomputer dapat didefinisikan pula sebagai kegelisahan
penggunaan komputer dan kegelisahan mengenai dampak negatif dari penggunaan
komputer terhadap masyarakat (Raub, 1981 dalam Emmons, 2003). Munculnya
fenomena ini membuat para peneliti mulai menguji mengenai kecemasan
berkomputer.
Salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk menilai kecemasan
berkomputer adalah Computer Anxiety Rating Scale (CARS) yang dikembangkan
oleh Larry D. Rosen dan Michelle Weil. CARS terdiri dari 20 pernyataan dan tiap
pernyataan dihitung menggunakan skala lima poin tentang seberapa cemas yang
dirasakan seseorang ”pada saat ini”. Skalanya mulai dari "1 tidak cemas" hingga "5
sangat cemas sekali"
(1990). Untuk mengatasi hal tersebut, pihak kampus mungkin perlu mempertimbangkan untuk menambah mata kuliah yang berhubungan dengan sistem informasi berbasis komputer yang sifatnya wajib di samping melengkapi sarana teknologi komputer di lingkungan kampus serta mengadakan pelatihan-pelatihan
komputer yang bertujuan untuk membuat mahasiswa lebih mengenal teknologi komputer sehingga diharapkan terjadi penurunan tingkat kecemasan berkomputer seiring dengan semakin berkembangnya teknologi.
Dengan mengetahui hubungan antara cognitive style dengan kecemasan
berkomputer pada mahasiswa, dari sudut pandang pengajar, mungkin dapat dirancang
suatu sistem pengintegrasian komputer ke dalam proses pembelajaran dengan
disesuaikan dengan cognitive style para mahasiswa.
Sumber: http://syaiful-ali.staff.ugm.ac.id/Kecemasan%20berkomputer%20--mahasiswa%20akuntansi.pdf
Dampak Positif dan Negatif Bermain Game Online Selama 3 Hari
Saya memilih game Ragnarog untuk saya mainkan selama 3 hari agar saya dapat menemukan dampak positif dan negatifnya. Sebelumnya saya akan menjelaskan bagamaina permainan game Ragnarog tersebut.
Dalam permainan ini, yang berlatar di dunia Rune Midgard, tidak ada jalan cerita sehingga pemain bebas melakukan apa yang diinginkan, walaupun ada beberapa cerita sampingan atau quest yang dibuat oleh pengembang game. Sistem tanpa cerita ini membuat pemain sangat leluasa, pada umumnya yang dikejar oleh pemain adalah kenaikan level.
Dampak Positif :
- Menambah konsentrasi
- Meningkatkan koordinasi tangan dan mata
- Meningkatkan kemampuan membaca
- Meningkatkan kemampuan berbahasa inggris
- Meningkatkan kemampuan tentang komputer
- Meningkatkan kemampuan mengetik
Dampak negatif :
- Lupa waktu
- Pemborosan
- Menimbulkan kecanduan
- Mendorong melakukan hal-hal negatif
- Berbicara kasar dan kotor
- Perubahan pola makan dan kurang beristirahat
- Mengganggu kesehatan